Rencana Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin (Muba) untuk membangun pabrik aspal karet berbahan latex yang melibatkan Puslit Karet Bogor dan PT Jaya Trade di dukung penuh oleh Pemprov Sumsel.
Kabid Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan (P2HP) Dinas Perkebunan Sumsel, Rudi Arpian mengatakan, pembangunan aspal karet di Muba perlu didukung dengan menyiapkan pembekalan teknologi penyadapan karet, sehingga bisa menghasilkan lateks pekat yang bagus.
“Tentunya kita akan mensosialisasikan bagaimana merubah pola penyadapan selama ini, yang biasanya menghasilkan Bokar, berubah menjadi getah cair. Hal ini tentu tidak mudah merubah kebiasaan yang selama ini setelah menyadap lalu ditinggalkan, sekarang harus ditunggu,” ujar Rudi, Senin (1/2).
“Tapi dengan adanya selisih keuntungan dari harga Rp10 ribu per kg dalam bentuk Bokar, akan dibeli Pemkab Muba Rp20 ribu per kg dalam bentuk lateks pekat, tentunya akan menarik bagi petani karet,” tambah Rudi.
Dirinya berharap, ada kerjasama antar daerah, sehingga serapan karet dalam negeri akan meningkat dan bisa mengurangi ketergantungan terhadap ekspor karet.
“Untuk bahan baku lateks pekat bisa dikerjasamakan dengan petani karet dari daerah lain, karena tidak menutup kemungkinan kita bisa mengekspor lateks pekat, karena permintaan sudah ada,” harapnya.
Menurutnya, apa yang dilakukan oleh Musi Banyuasin dengan membeli karet petani dalam bentuk lateks pekat untuk bahan baku aspal karet merupakan suatu terobosan yang patut di dukung semua pihak. Karena jika semua petani dapat beralih memproduksi lateks pekat maka kesejahteraan petani pun akan lebih baik
Jika harga karet Rp20 sampai Rp21 ribu per liter sebenarnya cukup menarik bagi petani, karena untuk merubah kebiasaan menyadap dengan tidak membiarkan getah karet membeku. Tapi hal itu harus langsung dicampur dengan amoniak untuk dibawa ke mesin produksi aspal karet.
Saat Pemkab Muba memiliki 1 unit mesin Centrifuge yang bisa menyerap 5 – 8 ton lateks dari petani setiap harinya. Sementara kapasitas instalasi mencapai 40 ton per hari
“Mengingat kebutuhan yang cukup besar, apalagi tahun ini akan ditambah 2 mesin Centrifuge. Saya harap untuk bahan baku lateks pekat bisa dikerjasamakan dengan petani karet dari daerah lain,” ungkapnya.
Diketahui, Jumat (29/1/2021) harga karet jenis kadar kering (KKK) 100 persen kembali mengalami penurunan sebesar Rp165 sehingga harganya menjadi Rp18.264, yang sebelumnya Kamis (28/1/2011) sebesar Rp18.429.