Sumselnews.co.id PRABUMULIH | Permainan Bridge yang dulunya identik dengan game kartu adu peruntungan dengan bertaruh uang atau harta benda saat ini telah di bersihkan statusnya menjadi salah satu cabang olah raga secara internasional. Ya dengan kata lain permainan kartu yang mengandalkan baik kemampuan bermain maupun keuntungan itu tak lagi jadi ajang Game Perjudian
Hal ini dikemukakan oleh Eno Suwarno (68) pengusaha asal Kota Prabumulih yang juga sebagai pelatih dan pembina Bridge berharap di Kota Nanas, bersamaKetua Gabungan Bridge Seluruh Indonesia (GBSI) Prabumulih, Fitria Margareta.SH, saat dibincangi media ini di Caffe Container di jalan jendral Sudirman Prabumulih, Rabu sore (24/2/2021)
Menurut Eno, olah raga Brigde merupakan permainan yang di pertandingkan pada kejuaraan Asian Games 2018 lalu.
Yang menarik dari cabang olahraga ini adalah para atlet yang dijagokan didominasi oleh atlet-atlet senior dari sisi usia.
“Bahkan salah satunya adalah atlet tertua dalam Asian Games 2018, yaitu Kong Te Yang, dari Philipina, yang berusia 85 tahun.”kata Eno.
Namun menurut Eno tidak ada batasan usia dalam olah raga bridge ini,”hanya saja mengutamakan yang lebih senior agar bisa melatih junior secara propesional untuk menjadi atlet bridge Prabumulih yang tangguh”jelasnya.
Lebih jauh dia menegaskan, permainan bridge adalah olah raga yang menggunakan otak dan trik (mind game), sama hal seperti olah raga catur namun berbeda sarana, bridge menggunakan kartu.
Sementara itu Ketua GBSI Kota Prbumulih Fitria Margareta, dalam permainan Brigde menyebabkan image buruk tentang cabang olah raga yang satu ini, “karna kartu di identikkan dengan suatu perjudian,” jelas Fitria.
Fitri berharap kedepannya masyarakat Prabumulih paham bahwa bridge ini adalah cabang olah raga dan bukan lah sebuah perjudian, dan bridge ini sudah menjadi extra kurikulern,”amun di kota Prabumulih sendiri belum di rekomendasikan”, harap istri Pengacara Herman Julaidi.SH ini.(Radha)