Beranda Sumsel Pagaralam Budidaya Labu Siam Komoditi Andalan Kota Pagaralam

Budidaya Labu Siam Komoditi Andalan Kota Pagaralam

297
0

SumselNews.co.id PAGARALAM | Labu siam atau jipang (Sechium edule, bahasa Inggris: chayote) adalah tumbuhan suku labu-labuan (Cucurbitaceae) yang dapat dimakan buah dan pucuk mudanya.

Tumbuhan ini merambat di tanah atau agak memanjat dan biasa dibudidayakan di pekarangan, biasanya di dekat kolam. Buah menggantung dari tangkai. Daunnyaberbentuk mirip segitiga dan permukaannya berbulu.

Labu siam termasuk jenis sayuran yang populer di Indonesia. Labu siam memiliki buah berwarna hijau dan ukurannya dua kali kepalan tangan. Selain buahnya, bagian lain yang bisa dikonsumsi adalah pucuknya.

Labu siam tumbuh dengan subur pada wilayah dengan ketinggian 100–200 meter di atas permukaan laut (mdpl). Tanaman ini cocok dikembangkan di daerah dataran rendah maupun dataran tinggi.

Kota Pagaralam Sumatera Selatan menjadi salah satu komoditi andalan petani sayuran, yang hasilnya cukup memuaskan untuk dibudidaya.

Salah satunya adalah  Robert petani yang berada di jalan Tanjung Payang, Kota Pagaralam, Sumatera Selatan. Ia sendiri belum lama membudidayakan labu siam sekira satu tahun lalu dengan luas lahan 15 rantai.
Satu rantai sama dengan 15 x15 meter persegi.

Menurut Robert, lahan seluas itu bisa menghasilkan sekitar 1–2 ton buah labu siam sekali panen. Labu siam mulai memasuki usia produktif setelah berumur tiga sampai empat bulan.

Saat itu, tanaman ini bisa dipanen seminggu sekali. Usia labu siam sendiri bisa mencapai dua tahun lebih. “Bahkan jika dirawat dan tanaman yang mati disulam terus bisa bertahan lebih lama lagi,” katanya Kamis (14/01/2021).

Selama ini, Robert memasarkan hasil panennya ke pedagang pengumpul (pengepul) dengan harga sekitar Rp 1.000–Rp 1.500 per kilogram (kg). “Harga labu siam ini fluktuatif, bisa dengan cepat berubah-ubah,” kata Robert.

Dengan harga di kisaran itu, omzet Robert dari penjualan labu siam berkisar antara Rp 5 juta–Rp 10 juta per bulan. “Biaya perawatannya sekitar Rp 1,5 juta per bulan,” jelasnya.

Selain itu Robert juga menjual hasil panennya kepada pengepul yang ada di Pasar Terminal Nendagung Kota Pagaralam,” disana juga banyak pedagang dari luar daerah yang membeli seperti Lahat, Empat Lawang bahkan ada yang dari Palembang,”tutupnya. (Nirwan).

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini